Jumat, 09 Agustus 2013

Dampak Smartphone, Kurangnya Kemampuan Bahasa Anak-Anak

Vemale.com - Para pakar khawatir kosakata anak menjadi berkurang akibat pola belajar yang kini memanfaatkan pesan elektronik, pesan singkat, dan komputer. Alasannya, karena otak kita dirancang untuk belajar kata-kata baru yang kita dengar dari percakapan sehari-hari.
Namun, kini anak lebih banyak belajar dengan ponsel pintar, tablet, dan komputer, dibandingkan mendengarkan penjelasan guru dan orangtua, sehingga generasi muda tidak punya kesempatan mendengar beragam kosakata, ujar pakar.
Seperti dikutip dari laman Daily Mail, para pakar mengklaim bahwa tradisi mengajarkan ilmu pengetahuan secara lisan telah terkikis karena baik anak maupun orang dewasa menghabiskan banyak waktu di depan layar.
Marco Catani dari Institut Psikiater di London mengatakan, "kita lebih jarang bercakap-cakap dan anak-anak kita belajar lewat gadget. Mereka punya akses internet, iPhone, telepon genggam, dan tablet komputer. Mereka lebih visual daripada auditory sehingga sepertinya mereka akan memiliki rata-rata kosakata lebih sedikit dibandingkan generasi sebelumnya."
Penggunaan komputer secara konstan telah dijadikan alasan mengapa generasi muda tidak terlalu fokus, lebih egois, dan memiliki budaya puas akan sesuatu yang instan. Penelitian Catani menyimpulkan bahwa anak yang belajar dari gambar di layar akan lebih sulit belajar kosakata dibanding yang belajar dengan mendengarkan percakapan.
Dalam sebuah studi, 27 otak relawan dipindai saat mereka sedang mempelajari sebuah kata. Ternyata, kuncinya adalah mendengar dan meniru kata tersebut secara verbal untuk dapat mengerti sebuah kata baru.
"Saat belajar kata baru, Anda memulainya dengan mendengar bunyinya, lalu Anda ulangi itu sampai Anda bisa mengucapkannya dengan benar. Lewat proses ini kosa kata Anda bertambah mulai dari umur setahun hingga Anda mengerti 30.000 kosakata saat dewasa."
Hasil pindaian itu mengungkapkan bahwa satu area otak, arcuate fasciculus, sangat penting dalam proses belajar. Bagian berisi syaraf-syaraf itu menghubungkan dua bagian yang berfungsi dalam berbahasa, satu bagian untuk mendengar dan mengartikan bunyi, dan satu lagi yang menggerakkan mulut untuk berbicara.
Penelitian tersebut menemukan bahwa relawan yang memiliki arcuate fasciculus yang kuat dapat lebih mudah belajar kata-kata baru. Saat sebuah kata terdengar familier, kata-kata tersebut disimpan di bagian lain dalam otak.
Penemuan yang dilaporkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences menunjukkan bahwa mendengar, mengulang, dan percakapan adalah hal-hal penting dalam belajar bahasa.

Hampir 20 Persen Orang Tua Menganggap Anak Mereka Jelek

Vemale.com - Orang tua adalah manusia biasa, mereka bisa bangga dengan anak-anak mereka, bisa juga kecewa. Hal tersebut normal, tetapi saat mereka kecewa dengan penampilan fisik anak mereka, terasa miris. Nyatanya, ada banyak orang tua yang diam-diam kecewa dan menganggap anak mereka jelek.
Hasil survey terbaru yang dilakukan PromotionalCodes.org.uk membuka mata banyak orang bahwa penilaian fisik tidak hanya terjadi pada bidang tertentu, bahkan para orang tua bisa merasa kecewa dari fisik buah hati mereka sendiri, dilansir situs Dailymail.co.uk.
  • Sebanyak 82 persen orang tua bangga dengan ketampanan atau kecantikan anak mereka.
  • 18 persen orang tua mengaku kecewa karena menganggap anak mereka jelek. Setengah dari mereka bahkan membahas hal ini pada pasangan mereka. Sementara itu 8 persen dari mereka mengungkapkan kekecewaan pada orang lain.
Menilai fisik semata, apalagi pada buah hati sendiri adalah hal yang tabu. Tetapi seiring perkembangan zaman, ada banyak ketakutan orang tua jika anak-anaknya tidak cantik atau tampan, terutama saat anak mereka masih bayi.
"Ada banyak tekanan bagi mereka yang baru menjadi orang tua, tekanan dalam segala hal, dan ini adalah hal yang masih tabu," ujar seorang ayah yang tergabung dalam survey.
Juru bicara survey mengatakan bahwa sejak dulu orang tua diprogram untuk mencintai anak mereka, seperti apapun itu. Hanya saja, sekali lagi, orang tua adalah manusia biasa yang bisa kecewa.
Bagaimana tanggapan Anda?

Rabu, 13 Maret 2013

Jauhi 8 Sifat Istri yang Dibenci Suami


KUNCI utama rumah tangga bahagia adalah adanya saling cinta dan kasih sayang antara suami dan istri.  Sang suami akan menghargai dan memberikan segenap cinta dan kasih sayang kepada istrinya, jika kaum wanita pun memberikan cinta dan penghargaan kepada suaminya. Demikian pula sebaliknya.
Agar istri tidak kehilangan rasa cinta dan rasa hormat suaminya, maka seorang istri harus mengetahui dan menjauhi sifat-sifat wanita yang dibenci suami. 
Di antara sifat-sifat tersebut yang paling menonjol, sebagaimana ditulis Shabah Sa’id dalam bukunya Az-Zaujah Al-Mubdi’ah wa Asrar Al-Jamal, antara lain:

1.  Istri yang sibuk dengan dirinya sendiri.
Istri seperti ini biasanya menjauhi segala urusan suami, dan lebih mementingkan urusan serta kegemarannya sendiri. Pada dasarnya, istri seperti ini merasa nyaman setiap kali dia bisa menyendiri, serta bisa menjaga segala apa yang dia dengar, dia lihat, dan dia sentuh untuk diri sendiri. Boleh jadi hal ini merupakan akibat adanya penyakit psikis yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.
…Istri seperti ini adalah istri yang mengabaikan eksistensi suaminya. Karena dia selalu tidak meminta saran suaminya, atau tidak melibatkannya dalam urusan keluarga…

2.  Istri yang suka mendominasi.
Istri seperti ini adalah istri yang mengabaikan eksistensi suaminya. Karena dia selalu tidak meminta saran suaminya, atau tidak melibatkannya dalam urusan keluarga. Dia senantiasa menjalankan sendiri segala urusan keluarga dan urusan rumah dengan tanpa memandang pendapat suami.
Di sini, seorang suami akan merasa bahwa jati dirinya telah hilang, sebab yang bisa dia lakukan untuk kebaikan rumah atau anak-anaknya hanya menyerah saja, atau mengabaikan keberadaan dirinya. Pria semacam ini, jika tidak memisahkan dirinya dari istri seperti itu, bisa jadi dia akan berusaha mencari, atau mendapatkan apa yang dia inginkan selama ini dari wanita lain.

3.  Istri yang gemar berdusta.
Salah satu hal yang mesti dimiliki dalam hubungan pernikahan adalah unsur kejujuran dalam segala hal. Ini mengingat, kejujuran merupakan salah satu pilar ketenteraman dan kebahagiaan. Di luar sana terdapat banyak wanita yang gemar berdusta. Mereka menjadikan dusta sebagai hobi atau sebagai dalih karena takut sesuatu. Namun apa pun alasannya, dusta dan tipu daya adalah dua hal yang paling dibenci kaum pria. Meskipun terkadang seorang pria menerima tindakan dusta dari istrinya karena satu atau lain hal, namun penerimaan seorang suami terhadap sifat buruk itu biasanya disertai dengan pandangan  meremehkan.

4.  Istri yang kejam/galak.
Istri semacam ini adalah istri yang begitu mudahnya memberikan hukuman kepada suaminya, ketika suaminya melakukan suatu hal tertentu. Istri seperti ini terus-menerus meresahkan suaminya, sebab karakter permusuhannya tersebut. Selain itu, istri seperti ini akan terbiasa mengeluarkan kata-kata pedas, keras, dan kasar kepada tetangga, teman-teman, dan anggota keluarganya. Istri yang kejam, tentunya menimbulkan banyak masalah bagi suaminya, bahkan bagi anak-anaknya pula. Sehingga tertanam dalam jiwa anak-anaknya sikap tidak senang dan akan menjauh dari ibunya.
…Istri galak, begitu mudahnya memberikan hukuman kepada suaminya, ketika suaminya melakukan suatu hal tertentu. Istri seperti ini selalu meresahkan suaminya…

5.  Istri yang menyulitkan.
Wanita semacam ini terbiasa hidup dalam suasana kehidupan yang penuh dengan perilaku buruk, gejolak rumah tangga, senantiasa menciptakan benih-benih perselisihan. Sebab setiap kata yang terlontar dari mulut suaminya yang berisi perintah terhadap hal penting yang mesti dilakukan istrinya, ternyata istrinya malah menepis semua perkataan suaminya dan menolak bertanggungjawab atas hal itu. Sehingga seringkali dia menciptakan kesulitan dan menyulut pertikaian antara dirinya dengan suaminya. Dalam kondisi demikian, sang suami lebih mengutamakan untuk menjauh dari rumah, atau barangkali dia akan tetap di rumah dan ikut-ikutan dengan sifat buruk istrinya.

6.  Istri yang pasif.
Istri semacam ini akan membiarkan dan menyerahkan segala urusan kepada suaminya, sehingga suaminya menjalankan seluruh urusan keluarga dan rumah tangga. Peran istri hanya terbatas menjalankan instruksi-instruksi suaminya. Dia senantiasa menyerah dalam segala hal, seakan-akan dia menuntut suaminya agar lebih berkuasa dengan tanpa berusaha menunjukkan perannya atau keberadaannya sedikit pun terhadap suaminya, padalah dia adalah pasangan hidup bagi suaminya.

7.  Istri yang keras kepala.
Istri semacam ini adalah istri yang keras kepala dalam segala hal, dan dia terus berlindung di balik sifatnya yang keras kepala itu. Sebab dia mendapatkan kenyamanan pada dirinya ketika dia bersikeras mengikuti pendapatnya, sekalipun itu salah. Di samping itu, melalui cara itulah dia mendapatkan kepuasan diri. Misalnya, andai suaminya menginginkan satu jenis makanan, dia terus-menerus menyiapkan jenis makanan lainnya, sekalipun sebenarnya jenis makanan itu juga tidak disukainya. Wanita semacam ini adalah wanita yang paling dibenci kaum laki-laki.
…Istri yang keras kepala dalam segala hal adalah wanita yang paling dibenci kaum laki-laki…

8.  Istri yang menggemari rutinitas.
Istri semacam ini adalah sosok yang menganggap bahwa pernikahan adalah akhir dari segala kehidupannya. Sebab segala ambisi dan keinginannya telah dipendam dalam-dalam pasca menikah. Menurutnya, setelah menikah tidak ada lagi keinginan dan ambisi. Dengan begitu, dia beranggapan bahwa hari ini sama dengan hari kemarin, dengan artian, bahwa segala sesuatu dalam kehidupan pernikahan hanya sarat dengan rutinitas yang teratur dan monoton.
Hal-hal di atas adalah bagian dari sifat-sifat istri yang paling dibenci kaum suami. Oleh karena itu, hendaknya para istri kembali meniti kembali gaya hidupnya dengan menjauhi sifat-sifat di atas, demi meraih kebahagiaan dan ketenteraman kehidupan rumah tangga. [ganna pryadha/voa-islam.com]

Senin, 04 Maret 2013

Ketika Hubungan “Intim” Tidak Lagi Menggairahkan

Ketika Hubungan “Intim” Tidak Lagi Menggairahkan

HIDUPKATOLIK.com - Hidup perkawinan ibarat sebuah roller coaster, kadang di atas kadang di bawah. Kebahagiaan dan kesedihan datang silih berganti ibarat sebuah roda yang berputar. Saat kebahagiaan datang, yang ada hanya rasa senang dan gembira. Namun sebaliknya, saat kesedihan hadir, segala persoalan timbul tanpa ada halangan. Dalam situasi sulit, bukan tidak mungkin semua yang menjadi persoalan muncul. Dari persoalan remeh temeh hingga persoalan kompleks. Segala timbunan persoalan tumpah ruah bak air bah yang menerjang tanpa ada halangan. Inilah yang kemudian merembes ke berbagai persoalan hingga di tempat tidur.

Tempat tidur pada dasarnya sebuah area relasi intim antara suami-istri. Persoalan bisa muncul dari tempat ini, namun juga bisa diselesaikan di tempat ini pula. Kedekatan suami-istri bisa diawali dari ruang ini, namun juga bisa diakhiri di tempat ini pula. Betapa penting dan berartinya tempat ini hingga banyak pasangan menjadikannya sebagai indikator kehangatan dan keharmonisan keluarga dan relasi suami-istri. Kedekatan antarpasangan menjadi titik kunci berlangsungnya relasi suami-istri. Bahkan, dalam konteks yang lebih mendasar adalah keberlangsungan sebuah keluarga juga bisa diprediksi dari sejauh mana kehangatan dan keintiman masih bisa dirasakan di tempat tidur.

Hubungan intim dalam pengertian ini lebih pada hubungan antara pasangan suami-istri dalam relasi yang lebih intim, relasi antara laki-laki dan perempuan, relasi yang lebih hakiki sebagai sebuah bentuk kedekatan yang lebih erat. Seks dalam relasi antara suami-istri tidak bisa dimaknai hanya sekadar sebuah bentuk kewajiban dan rutinitas, namun perlu dimaknai dalam substansi yang lebih hakiki sebagai sebuah perwujudan cinta antara laki-laki dan perempuan yang terikat oleh rasa cinta dan kasih sayang.

Seks adalah sebuah pemaknaan akan sebuah hubungan yang lebih mendasar, yang tidak hanya sekadar hubungan perkelaminan. Seks dalam konteks companionate love (Cicarelli dan Meyer, 2006) pada dasarnya melibatkan komitmen yang mendasari adanya keintiman dan juga hasrat. Komitmen ini mengandung pengertian adanya keinginan untuk mencari kedekatan emosi yang lebih intim, kebutuhan memahami, serta kehendak untuk melanggengkan relasi yang tidak hanya sekadar hubungan seksual semata-mata.

Kepuasan yang muncul tidak hanya sekadar bahwa tatkala hasrat seksual muncul kemudian dituangkan dalam bentuk hubungan seksual, seperti berpegangan tangan, memeluk, dan yang lebih intens adalah sexual intercourse. Namun, di atas segalanya adalah kebutuhan untuk saling memperhatikan, memahami, dan saling menerima.

Dalam banyak kasus, ritme hubungan intim ini juga naik turun. Kadang hangat namun tak jarang mendingin tanpa sebab atau memang disadari. Mendinginnya hubungan ini, seringkali menjadi semacam indikasi adanya persoalan yang muncul. Relasi yang hanya didasari oleh sebuah rutinitas dan kewajiban yang dijalankan namun tidak dimaknai, pada akhirnya hanya akan jatuh pada sebuah hubungan mekanis yang membuat pasangan menjadi merasa memiliki sebuah tugas yang harus dijalani atas nama hubungan suami-istri, atas nama kelanggengan keluarga. Relasi ini tinggal menunggu waktu yang pada akhirnya akan mendingin.

Ada beberapa hal mengapa hubungan intim sejalan dengan berjalannya waktu akan mendingin atau justru menjadi sebuah hubungan mekanis semata.

  • Saat hubungan ini hanya dianggap sebagai sebuah kewajiban yang ‘wajib’ dilakukan atas nama hubungan suami-istri. Saat itu, sebenarnya kita sudah menjebak diri kita sendiri sebagai sebuah mesin yang hanya ‘on’ di saat kita kehendaki.
  • Beban hidup dan beban persoalan yang mengakibatkan stres atau bahkan depresi. Kondisi stres akan membuat orang menjadi kurang ‘berselera’. Stres mengakibatkan seseorang kadang sulit untuk melakukan kegiatan yang bersifat menyenangkan.
  • Sakit fisik yang membuat seseorang menjadi kurang bergairah dan kurang bertenaga untuk melakukan hubungan intim.
  • Kejenuhan dalam relasi antara suami-istri. Hal ini bisa saja disebabkan oleh kurangnya waktu berkualitas untuk menjalin relasi dan komunikasi antarpasangan, jarak dan waktu yang menyebabkan keduanya terpisah. Persoalan yang muncul di antara kedua pasangan yang tidak kunjung bisa diselesaikan dan menjadi bom yang siap diledakkan.
  • Hidup perkawinan yang dirasa monoton, membosankan. Ketidakpuasan dalam hubungan seks sehingga hubungan ini sulit dinikmati di antara keduanya atau hanya salah satu.
Beberapa penyebab di atas, bisa saja salah satu atau beberapa di antaranya menjadi penyebab ‘mendinginnya’ relasi antara suami-istri, sehingga berimbas pada kurang hangatnya hubungan intim yang terjalin. Lantas, bagaimana hal ini diantisipasi atau diselesaikan? Tips-tips berikut ini semoga bisa dicoba dan bermanfaat:
  • Pertama-tama yang perlu dilakukan adalah memahami bahwa hidup perkawinan tidak selalu ditandai dengan nafsu yang menggebu-gebu. Beberapa pengalaman bahkan menunjukkan bahwa relasi suami-istri yang telah berjalan begitu lama menciptakan hubungan yang lebih bersifat pertemanan dengan dasar komitmen dan pemahaman yang kuat antara satu dengan yang lain. Situasi ini membuat hubungan intim menjadi bentuk relasi yang bersifat meneguhkan yang didasari oleh rasa saling mengerti dan menerima.
  • Jika memang ada problem yang muncul di antara pasangan, memang perlu diurai dan diselesaikan secara bersama-sama karena persoalan ini bisa menjadi ganjalan yang bisa menghambat kedekatan dan keintiman bersama. Dalam realitas, justru yang terjadi adalah persoalan hanya dirasakan di satu pihak, sehingga menimbulkan perasaan tidak berharga, disepelekan, dan tidak berarti bagi pihak lain. Bahkan, demi menjaga keutuhan rumah tangga agar tidak menimbulkan konflik, yang dilakukan kemudian adalah memendam persoalan dan berharap dengan berjalannya waktu akan selesai begitu saja. Namun seberapapun kecil persoalan, jika tidak segera diselesaikan pada waktunya akan menumpuk dan bisa muncul bagai bom atom dan menjadi kerikil yang mengganjal. Cobalah untuk menyelesaikan dan jika perlu mohon bantuan orang lain.
  • Kualitas komunikasi yang kurang juga bisa menjadi faktor penyebab hambarnya hubungan ini. Tuntutan pekerjaan atau jarak antara pasangan yang berjauhan bisa menjadi penyebab berkurangnya waktu untuk bertemu, dan ini membuat kedekatan juga bisa berkurang. Karena terbatasnya waktu bertemu, maka saat bertemu pun hanya membicarakan hal-hal yang sebisa mungkin mengurangi kemungkinan konflik. Atau bisa jadi justru yang sebaliknya terjadi. Pada saat bertemu menjadi ajang konflik karena sudah bertumpuknya persoalan selama sekian waktu lamanya. Dalam situasi sekarang, kemudahan jalur komunikasi memang perlu diupayakan dan dimaksimalkan. Kehangatan diupayakan dengan berbagai cara melalui berbagai jalur komunikasi yang mungkin.
  • Kejenuhan dalam hubungan intim perlu dibicarakan. Sesekali refreshing bersama, mendiskusikan variasi-variasi yang dikehendaki, membangkitkan rasa ingin tahu bersama, dan melakukan berbagai eksplorasi yang dimungkinkan bisa jadi akan memberikan suasana berbeda.
  • Pada akhirnya, hubungan intim adalah bentuk hubungan yang didasari oleh kebutuhan untuk ‘saling’ membahagiakan dan menyenangkan pasangan, bentuk hubungan untuk menjaga komitmen dan kelanggengan, dan ini akan terus menjadi pekerjaan rumah yang bisa dieksplorasi bersama dengan tentu saja keterbukaan pada masing-masing pihak.

Th. Dewi Setyorini - 

http://www.hidupkatolik.com/2013/02/20/ketika-hubungan-intim-tidak-lagi-menggairahkan


Rabu, 27 Februari 2013

Empat Lilin


Ada empat lilin yang menyala,
Sedikit demi sedikit habis meleleh
Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka.
Lilin pertama berkata:
“Aku adalah damai”namun manusia tak mampu menjagaku.
Hati mereka membeku dan membatu dalam kebencian
Maka lebih baik aku mematikan diriku sendiri!
Demikianlah sedikir demi sedikit sang lilin Damai padam
Lilin kedua berkata
“Aku adalah Iman”Sayang aku tak berguna lagi,
Manusia saling mencurigai dan tertutup.
Untuk itulah tak ada gunanya lagi
Aku tetap menyala.
Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.
Dengan sedih giliran
Lilin Ketiga  bicara:
“Aku adalah Cinta”tapi aku tak mampu lagi
untuk tetap menyala.
Manusia tidak lagi memandang dan menganggapku berguna.
Mereka saling membenci, bahkan membenci orang yang mencintainya, membenci keluarganya.
Tanpa menunggu waktu lam, maka matilah Lilin ketiga.
Dengan mata bersinar, sang anak megambil lilin lainnya.
Apa yang tidak pernah boleh mati, hanyalah HARAPAN yang ada dalam hati kita…
…dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat, seperti sang anak tersebut, yang dalam situasi
apapun, mampu menghidupkan dan menyalakan kembali
Damai, Iman, Cinta
Dengan
HARAPAN-nya !!!

10 Hal yang Membentuk Keluarga Katolik yang Hebat


Keluarga dewasa ini mempunyai segala macam bentuk dan ukuran. Mengabaikan segala perbedaan yang ada, satu hal yang pasti : memelihara keluarga yang kuat membutuhkan banyak waktu, tenaga dan usaha, dan tentu saja segudang doa! Melihat diri kita sendiri melalui mata iman kita, kita melihat bahwa, meskipun kita tidak selalu menjadi keluarga yang sempurna setiap hari, kita menjadi “lebih suci”, dan “lebih baik” dari yang kita pikir.
Membuat Kebaktian Minggu Menjadi Pusat Kegiatan Keluarga dalam Seminggu
Dasar kuat hidup keluarga Katolik – yang melekatkan kita bersama – adalah Kebaktian Minggu. Jika Anda mempunyai anak kecil, keluar dari rumah untuk pergi ke gereja hampir sama seperti tantangan untuk membuat anak kecil tenang dan diam selama kebaktian. Jika Anda mempunyai anak remaja, tantangan terbesar (setelah membangunkan mereka dan membuat mereka bangun dari tempat tidur) adalah membuat mereka memberi perhatian. Tentunya, pergi ke Kebatikan tiap minggu setimpal dengan usaha yang dikeluarkan.
Ketika kita mendekati altar Tuhan untuk menerima Ekaristi, berbagi Tubuh dan Darah Kristus memperdalam komuni kita denganNya, dan melaluiNya, membangun TubuhNya, GerejaNya. Bersama dalam komuniti, kita menyanyi lagu gereja dan belajar bagaimana suara kita bergabung bersama. Kita mendengarkan “Perintah Tuhan” dan belajar bagaimana mengikuti Yesus. Kita berdoa bersama dan belajar mengenai keheningan dan kerendahan hati. Pada hari Minggu kita diingatkan bahwa pusat kehidupan keluarga kita adalah Kristus.
Bersyukur
Di dalam dunia “rumput tetangga lebih hijau”, adalah mudah untuk melihat rumput tetangga (atau melalui acara TV favorit kita yang menunjukkan bahwa semua masalah bisa diatasi dalam waktu 22 menit) dan lama untuk masalah yang kita hadapi. Tetapi kita telah menemukan bahwa kunci untuk keluarga bahagia adalah mengambil peran dari apa yang diberikan kepada kita. Adalah penting untuk diingat (dan mengingatkan anak kita) bahwa semua berasal dari Tuhan – harta benda, teman dan keluarga, bakat. Frank A. Clark, politikus Amerika, pernah berkata, “Jika seseorang tidak bersyukur terhadap apa yang ia punyai, ia tidak akan pernah bersyukur terhadap apa yang akan ia dapatkan.” Keluarga Katolik yang hebat merayakan pemberian, tidak peduli seberapa kecil itu.Ini berarti bersyukur selalu meski dalam keadaan susah, tentunya terutama pada saat bahagia.
Memberi
Sebagian dari rasa bersyukur adalah dengan memberi. Keluarga Katolik mengingat bahwa Tuhan tidak selalu memberi lebih, menjadikan kita tamak. Keluarga Katolik yang diberkati dengan berlimpah dipanggil untuk menggunakan limpahannya tersebut untuk keluarga yang kurang. Hal ini untuk menjamin bahwa keluarga yang mempunyai sedikit dapat hidup lebih baik. Anak-anak yang melihat orang tuanya memberi, mereka akan mengikuti jejak orang tuanya – walaupun apa yang mereka berikan jauh lebih sedikit dari yang diberikan orang tuanya.
Biarkan Cahaya Mereka Bersinar
Anggota komuniti yang beriman – dan anggota keluarga – dipanggil untuk menggunakan karunia mereka. Anda tidak perlu menjadi juara nyanyi untuk menjadi anggota paduan suara di gereja. Jika Anda dapat bermain piano dengan baik atau membaca Alkitab secara hidup, Anda sudah berbagi karunia. Sebagai permulaan yang baik Anda dapat bertanya kepada pastor Anda bagaimana keluarga Anda dapat melayani lebih baik di paroki. Mungkin berbagi makanan dengan keluarga yang kurang. Remaja dapat membantu melalui program paroki. Saling menyemangati anggota keluarga yang lain untuk memberikan karunia mereka dalam kehidupan sehari-hari. Jangan memandang rendah terhadap sedikit kesabaran, kegembiraan atau hal kecil lainnya yang dapat membantu orang di sekitar kita.
Bertengkar dengan Adil 
Sebesar yang kita inginkan akan keluarga yang sempurna, kenyataannya semua keluarga mempunyai masalah. Kita harus menghadapinya. Tidak menjual saudara sendiri ke perbudakan seperti yang Saudara Yosef lakukan adalah permulaan yang baik, bahkan bertengkar mempunyai aturannya. Keluarga yang bertengkar dengan baik telah menjalankan 10 Perintah Tuhan. Sebagai contoh : tidak menyebut nama Tuhan secara sembarangan ketika sedang bertengkar, berkata jujur walaupun akan menyakitkan, dll.
Anggota keluarga yang bertengkar untuk kemenangan pribadi kehilangan kesempatan dan perasaan untuk berjuang bersama, dan menang sebagai tim. Keluarga Katolik yang Hebat memeriksa temperamen, menghormati kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan selalu ingat bahwa halangan membuat kita menjadi lebih kuat.
Membuat Kesalahan
Sebagai orang Katolik, kita percaya bahwa kita diciptakan sesuai rupa Allah, bukan berarti kita adalah tuhan. Semakin tua, kita semakin sadar bahwa kita manusiawi. Kita saling menjatuhkan. Kita gagal. Kita berdosa. Dan, untuk tumbuh sebagai pribadi dan keluarga, kita belajar bahwa ada batas antara membuat kesalahan dan percaya bahwa Andaadalahkesalahan. Tuhan tidak pernah berbuat salah. Kita semua punya martabat, dan istimewa di mata Tuhan.
Memaafkan
Ketika Yesus memerintahkan kita untuk memaafkan(Mat 18:22), memaafkan anggota keluarga dapat sangat sulit untuk dilakukan, walaupun untuk sekali. Kita mencoba mengajarkan anak kita untuk bertanggung-jawab terhadap segala tindakan mereka, mengakui ketika mereka salah dan meminta maaf. Tetapi memaafkan memerlukan aksi iman dan kepercayaan.
Orang tua : Ketika Anda salah, akui dan minta maaf, bahkan kepada anak kecil.
Anak-anak : Memaafkan bukan senjata untuk digunakan.Ketika orang tua atau saudara meminta maaf, ampunilah mereka. Tidak ada perasaan yang lebih indah selain memaafkan dengan tulus, mencoba dengan hati lebih bersih dan mencoba dari awal lagi.
Mengingat Ritual
Ritual keluarga atau tradisi membantu kita untuk menemukan siapa kita dan apa yang kita percaya. Berdoa sebelum makan, menyalakan lilin saat Adven, menyanyi lagu ulang tahun secara khusus adalah semua cara istimewa yang menunjukkan ikatan kuat dalam keluarga. Tradisi terbaik dalam keluarga akan diteruskan dari generasi ke generasi.
Mendengarkan saat untuk Tuhan
Elisa berharap untuk mendengarkan suara Tuhan mengelegar seperti petir, tetapi ia terkejut ketika suara Tuhan tidak terdapat pada angin, atau gempa bumi, atau api. Malahan suara Tuhan datang ke Elisa dalam suasana hening setelah petir, dalam bisikan (I King 19:11-13). Sepertinya itu adalah bagaimana cara Tuhan berbicara kepada kita pada hari ini di tengah kesibukan keluarga kita. Adalah penting untuk berhenti dan menyadari saat bersama Tuhan, mungkin di tempat tidur atau di mobil, ketika kita benar-benar berbagi diri kita dengan yang lain dan menyadari kehadiran yang lain dengan tulus. Rendahkan kebisingan kehidupan dan berikan waktu untuk kedamaian hadir.
Latih Cinta yang Tak Berkesudahan
Dalam Perjanjian Baru Yohanes, Yesus memberikan perintah baru kepada murid-muridNya sebagai dasar hidup mereka :”(Yoh 13:34). Kita dipanggil untuk menjadi model Yesus untuk mencintai – dalam pelayanan satu sama lain, dan komit untuk tidak egois. Tidaklah mudah untuk dilakukan, tetapi mencoba mencitai seperi apa yang dilakukan Yesus adalah hati dari pembentukan dan pemeliharaan keluarga Katolik yang hebat.

diambil dari http://momentku.bitfreedom.com/10-hal-yang-membentuk-keluarga-katolik-yang-hebat